Thursday, December 18, 2008

Bila Boleh Bikin

Bila aku sebut ayat ni, teringat aku dengan short filem Mr. Toad bertajuk Bila Boleh bikin. Dalam sebenarnya maksud ayat ini. Walaupun ayatnya simple dan penggunaan frosa bahasa yang kurang tepat, tetapi maksudnya boleh membuat semua orang berfikir dan terfikir. Kenapa aku berkata demikian?

Yang pertama - Bercakap tentang bola sepak Malaysia.

= Bila Boleh Bikin pemain yang bertaraf dunia?
* Macam Gerrard, Torres, Ronaldo, Rooney, Maldini, Pepe, Ricardo, Buffon, Casilas
dan ramai lagi player yang bagus dan mantap.
* Orang asia - Park Ji Sung, Nakamura dan lain2..

} Kenape orang Malaysia tak boleh main bagus macam orang barat?
* Saiz? - Paul Scholes, Robinho, Wright Philips, dll...
(Besar mana diorang?)
* Kepantasan? - Robbie Keane, Andriano, Beckham, dll...
(pantas ke diorang?)
* Tak De Kemudahan? - Afrika, Amerika Latin, dll...
(Negara diorang kadang2 ada yang tak makan)

= Bila Boleh Bikin padang bola bertaraf dunia?
* Macam AnField, Old Traford (Betul ke ejaan aku? tak kisahlah bukan aku minat MU),
San Siro, dan lain2...

Itu baru sikit... Belum sentuh hal yang lain lagi. Kenapelah jadi macam ni? Bila nak boleh bikin kalau semua nak libatkan politik? Betul tak? Ape yang korang dapat kalau politik jadi agenda utama kemajuan bola sepak malaysia? Orang lain main penat2, orang lain boleh habuan. mau taknya player malaysia main mcm gampang. tgk player luar, walaupun kekadang ada konspirasi, ketidak adilan, perjudian, setting game, ada player cakap ape2? sebb diorang berkerja, bos nak buat ape... buat la. yang penting gaji aku juta. so.... INILAH MALAYSIA...

To be continue..............

Monday, December 1, 2008

Jom Berfikir

Kenapa perlu berlaku?

Persoalan demi persoalan menghimpit lubuk fikiranku. Aku sering tertanya sendirian mengapa semua ini berlaku tanpa persekitaran mengambil kisah tentang apa yang berlaku. Apa yang berlaku? Itulah jawapan yang dijawab oleh segelintir masyarakat kota yang serba maju dan mewah ini. Lebih teruk jawapan yang diperolehi perlu ke aku mengambil tahu? Aku tertanya sendirian lagi. Seperti ini ke pemikiran seorang manusia yang hidup dalam dunia yang ada tamadun. Mungkin bagi aku ya. Mungkin bagi aku juga tidak. Ape-ape pun masing-masing punya hak untuk menilai dan mengambil keputusan sendiri. Orang lain tidak punya hak untuk bersuara atau mempertikaikan.
Berbalik kepada persoalan kenapa perlu berlaku? Ini adalah satu pandangan peribadi daripada seorang rakyat Malaysia untuk rakyat Malaysianya.

Pelbagai pekara banyak berlaku didepan mata ku. Bermula dengan yang baik sampai yang tidak baik. Namun kesemua pekara yang pernah berlaku pada lubuk mataku adalah pengajaran untuk hidupku serta pengalaman hidup untuk aku dikota yang sungguh sibuk dan maju. Kekadang aku menjadi insaf dengan bermacam-macam situasi yang berlaku. Ada juga aku ketawa melihat gelagat mereka, dan ada juga aku terpaku dengan tingkah laku mereka. Malah ada juga kadang-kadang aku berbangga dengan tingkah laku mereka.

Situasi 1.
Berlaku semasa aku bersama-sama tunangku untuk membeli makanan di KFC. Pada waktu itu sudah pukul 8:30 minit malam. Aku sekadar menanti tunangku dari luar pintu KFC kerana pada ketika itu terlalu ramai sangat orang. Sedang aku menghisap rokok aku terdengar satu jeritan suara seorang lelaki. Dalam jeritan itu aku tidak pasti samaada yang menjerit itu adalah orang tua atau muda. Seperti selalu sifat ingin tahu aku membawa diriku kepada bunyi jeritan itu. Sungguh aku tidak sangka yang menjerit disitu adalah seorang lelaki tua dalam lingkungan umur 50an.

Situasi 2.
Kawasan puduraya. Kawasan ini merupakan kawasan yang aku kira sangat sibuk setiap masa. Ditambah pula dengan bilangan manusia yang terlalu ramai. Pada ketika itu jam sudah menunjukan hampir pukul 10 malam. Aku menanti dengan penuh sabar bus yang akan membawa aku ke kangar. Semasa sedang asyik memang gelagat pasangan bercinta berhampiran denganku, sekumpulan student wanita yang sungguh asyik dengan acara menghilangkan boring, gelagat orang-orang tua, dan gelagat si penjual-penjual tiket yang bukan dari kuanter tiket. Tiba-tiba kecoh seketika. Aku melihat sekumpulan lelaki (penjual-penjual tiket) membawa seorang lelaki yang dilihat seperti seorang pesalah dibawa oleh polis.

Situasi 3.
Central Market. Kawasan membeli belah yang aku paling sedih di kuala lumpur. Sangat sedih. Kalau masyarakat cina mempunyai kawasan membeli belah yang dipanggil china town, aku boleh bagi nama central market ini sebagai indon dan bangla town. Sungguh ramai betul rakyat mereka bertempek di kaki-kaki lima dan laluan di sana. Aku kekadang takut nak pergi situ. Tapi, kerana tugas aku terpaksa menempuhi ruang-ruang jalan yang agak menyeramkan. Jam menunjukkan pukul 5:10 minit petang. Di sebelahku berlaku satu rompakan yang melibatkan warga Indonesia dan Bangladesh.

Aku hanya ingin menceritakan 1% daripada keseluruhan situasi yang berlaku didepan mataku. Pekara-pekara ini yang sebenarnya aku ingin membawa seluruh rakyat Malaysia berfikir sejenak. Apa sebenarnya yang sedang berlaku? Kenapa perlu berlaku? Dan apakah persoalan yang berlaku di setiap pekara-pekara diatas. Mesti pelikkan kenapa aku tidak menghabiskan kesemua cerita-cerita aku. Aku harap yang membaca hasil tulisan aku ini dapat berfikir apa yang sebenarnya berlaku.

Tuesday, October 28, 2008

Lentera Merah


Filem Lentera Merah

Di dunia fana ini, tidak ada yang lebih buruk ketimbang sebuah film romance yang tidak bikin kita melankolis, film komedi yang tidak membuat kita tertawa, dan film horor yang tidak menakutkan. Ketika ini terjadi, kita semua berhak untuk meninggalkan gedung bioskop jauh sebelum pertunjukan berakhir.
Lentera Merah (LM) besutan sutradara terbaik FFI 2005, Hanung Bramantyo, masuk ke dalam daftar itu. Sebagai sebuah film horor, ia gagal menakut-nakuti penonton karena gagal pula memberi unsur terpenting yang harus ada dalam sebuah film horor, yaitu kejutan. Bukan sembarang kejutan, melainkan kejutan yang orisinal dan baru.
LM sendiri adalah nama majalah kampus Universitas Nasional Indonesia (UNI). Majalah tersebut mempunyai tulisan-tulisan yang tajam dan kritis dalam menyikapi kondisi terkini, baik intern kampus UNI maupun pemerintahan negara. Tak hanya itu, LM juga merupakan salah satu media penggerak kemerdekaan Indonesia.
Di lingkup kampus UNI, LM merupakan UKM yang paling eksklusif dan prestisius. Bisa menjadi personel LM dianggap sebagai suatu kebanggaan tersendiri bagi para mahasiswa UNI. Tak heran proses seleksi untuk masuk menjadi bagian LM sama ketat dengan rangkaian eliminasi di AFI ataupun Indonesian Idol. Ada babak pendahuluan, babak 10 besar, dan terakhir babak 5 besar sebagai Grand Final.
Terpilih masuk 5 besar seleksi anggota baru untuk kru redaksi LM tahun 2006 yang merupakan angkatan ke-50 adalah Risa (Laudya Chyntia Bella), Riki (Tesadesrada Ryza), Lia (Beauty Oehmke), Muti (Auxilia Paramitha), dan Yoga (Zaenal Arifin). Sebelum resmi dilantik menjadi kru LM, mereka berlima harus menjalani tradisi malam inisiasi yang dinamai Malam Lentera.
Proses rekrutmen angkatan ke-50 dipimpin oleh Pemimpin Redaksi LM Iqbal Abdinegara (Dimas Beck). Ia dikawal oleh wapemred Wulandari (Firrina), dua editor senior Dinda (Kartika Indah Pelapory) dan Rio (Fikri Ramadhan), serta dua editor foto Bayu (Saputra) dan Arif (Teuku Wisnu).
Sejak jauh-jauh hari sebelum Malam Lentera berlangsung, rangkaian seleksi angkatan ke-50 telah diganggu oleh kemunculan makhluk misterius yang selalu menenteng-nenteng lentera berwarna merah ke mana-mana. Kemunculannya selalu diiringi alunan lagu Dewi Puspa dari piringan hitam. Dan setiap kali ia muncul, korban jiwa selalu jatuh.
Gantung Diri
Korban pertama adalah Bayu. Ia mati misterius di kantor LM. Sesudah itu menyusul Wulan, yang gantung diri di perpustakaan sesudah diskors dari jabatan wapemred karena tulisannya yang ternyata menjiplak tulisan lain ketahuan oleh Risa. Kemudian, satu demi satu nyawa kru senior melayang dibantai hantu yang sama pada pelaksanaan Malam Lentera.
Pada setiap peristiwa pembunuhan, sang hantu selalu meninggalkan tanda berupa angka 65 dan juga kalimat “Kebenaran harus ditegakkan” yang tak lain adalah motto LM. Kelima calon “akademia” yang tengah menjalani malam inisiasi mencoba membongkar misteri itu. Dan ketika berbekal petunjuk angka 65 mereka membuka file kru LM dari tahun 1965, mereka menemukan sesuatu yang sangat mengejutkan.
Salah seorang di antara mereka ternyata bukan manusia. Dialah sang hantu pembawa lentera, mahasiswa UNI angkatan tahun 1965 yang mati dibunuh karena dianggap prokomunis. Ia muncul kembali 41 tahun kemudian untuk membalas dendam pada seluruh kru LM persis saat Malam Lentera diadakan pada tanggal 20 Juni 2006. Siapakah dia? Tentu saja tidak akan diungkap di sini agar setidak-tidaknya masih ada satu daya tarik LM yang membuatnya masih tetap berharga untuk ditonton.
Kegagalan Hanung lewat LM berada pada ketidakmampuannya menyuguhkan kebaruan dan orisinalitas. Benar bahwa sebagian penonton menjerit ketakutan saat sang hantu pembawa lentera keluar menebar ancaman. Namun momen-momen itu tidak benar-benar menakutkan karena kita pernah melihat semuanya pada suatu waktu dulu.
Bentuk-bentuk penampakan lelembut dalam LM lebih mirip mosaik dari film-film horor terdahulu yang pernah ada. Ada hantu melintas (baik di latar depan maupun belakang) dan suster kesot dari Tusuk Jelangkung, ada hantu berambut panjang dari The Ring, dan adegan tangan setan saat Dinda terbunuh jelas-jelas sekali bakal mengingatkan kita pada film Idle Hand.
Karena semuanya bukan barang baru, Hanung pun sama sekali gagal membuat kita ketakutan. Fakta bahwa salah seorang dari kelima peserta Malam Lentera ternyata hantu tak berhasil pula menyentak, karena skenario yang disusun Hanung bersama Retna Ginatri secara aneh justru malah membelokkan fokus perhatian penonton tepat di titik klimaks yang seharusnya menentukan.
Penuh Darah
Sejak awal, tanda tanya yang melekat di benak kita diarahkan pada proses inisiasi yang disebut Malam Lentera tersebut. Ini terjadi lantaran event itu disebut-sebut dengan penuh emosi, ketegangan, dan penghormatan. Kita pun mengira, semua misteri yang menyelubungi LM bersumber pada Malam Lentera. Mungkin Malam Lentera adalah sebuah malam inisiasi yang kejam, penuh darah, atau berkaitan dengan aliran-aliran sesat yang memakan korban jiwa dan kemudian memicu pembalasan dendam dari dunia lain.
Ternyata, malam tersebut hanya berisi permainan teka-teki yang jelas ditiru dari acara reality show The Amazing Race. Ketika kemudian keempat peserta inisiasi menemukan bahwa teman mereka adalah makhluk halus, kita hampir-hampir tidak merasakan keterkejutan atau shock dalam bentuk apapun karena suspens dan unsur thriller yang dibangun oleh skenario tidak berada pada titik itu.
Amat lain dengan thriller yang dengan luar biasa dibangun M Night Shyamalan lewat The Sixth Sense. Pada adegan akhir, ketika jatidiri sang tokoh utama sebagai arwah penasaran terkuak, penonton betul-betul merasakan kekagetan yang amat sangat karena sejak awal, tensi cerita memang disusun menaik sedikit demi sedikit pada permasalahan identitas tokoh tersebut.
LM juga menjadi satu lagi bukti ketidaksaktian sinema nasional dalam urusan detail. Tak ada detail apapun yang muncul soal sistem operasi serta pernak-pernik kehidupan nyata pers kampus. Para redaktur tak pernah terlihat melakukan wawancara atau menulis artikel.
Proses seleksi rekrutmen reporter baru pun tak pernah menyinggung-nyinggung soal teknik reportase, interview, kaidah 5W+1H, atau Piramida Terbalik. Sebagai gantinya, para calon anggota baru malah disuruh menebak satu demi satu petunjuk untuk mencari dan menyalakan beberapa buah lentera kuno tanpa maksud dan tujuan yang jelas.
Secara umum, LM bukan sebuah film yang buruk. Ibarat masakan, Hanung hanya kurang menambahkan garam dan merica.